(0)

Berita

Pendalaman SPIRITUALITAS IGNASIAN Melalui Film "CREATORS OF HOPE"

19 November 2024 | Berita | Yoseph Ispuroyanto SJ | 333 Views
 
Pada Jumat, 15 November 2024 pukul 17.00-19.00, telah diselenggarakan sebuah acara nobar film dan diskusi dalam suasana santai di Studio Audio Visual – Universitas Sanata Dharma (USD), Sinduharjo, Ngaglik, Sleman. Acara ini  bertajuk “Pendalaman Spiritualitas Ignasian melalui Film ‘Creators of Hope.’” Temanya tidak jauh dari salah satu Preferensi Kerasulan Serikat Yesus (UAP), yaitu merawat bumi sebagai rumah kita bersama. Acara ini dapat terselenggara berkat dukungan dari Universitas Sanata Dharma. Film ditayangkan pada layar lebar yang terpampang di dalam studio, sebuah ruangan kedap suara yang udaranya amat dingin.
 
 
Film  dokumenter  “Creators of Hope”      (https://www.youtube.com/watch?v=oKvBmlm5zJM) diproduksi oleh Studio Audio Visual, USD dengan sutradara Rm. Murti SJ dalam kerjasama dengan Jesuit Conference of Asia Pasific (JCAP) dalam bulan Juli 2022. Film yang berdurasi 17 menit ini menyajikan visi dan kehidupan Pesantren Agro-Ekologi Ath-Thaariq, Garut, Jawa Barat yang memperjuangkan kelestarian bumi. Tokoh utama yang inspiratif dalam film ini adalah seorang pemuda bernama Akhfaa Nazhat Al Wafaa dan ibunya yang bernama Nissa Wargadipura. Agro Ekologi bercita-cita “menanam untuk Tuhan”. Pesantren ini mencoba memadukan ilmu kampung dan ilmu kampus perihal pengolahan dan perawatan bumi dalam terang kebijaksanaan lokal.
 
Ketika menonton film ini, mereka yang pernah mengikuti Latihan Rohani St. Ignasius -  khususnya Kontemplasi untuk Mendapatkan Cinta - akan merasa diajak  mensyukuri kembali anugerah Tuhan yang berupa alam ciptaan, Ibu bumi yang sangat kaya dan sekaligus diajak untuk mencintai Tuhan dengan cara merawat bumi, agar tetap lestari dan cukup menyediakan makanan bagi semua. Di pesantren ini pula beberapa frater Yesuit dari Kolese Hermanum Jakarta pernah menjalani live-in selama satu minggu. Visi dan apa yang telah dan sedang dihidupi oleh pesantren ini patut diacungi jempol dan sangat inspiratif. Dapat dikatakan, pesantren ini telah  menghayati apa yang diserukan oleh Paus Fransiskus dalam Laudato Si.  Setelah film “Creators of Hope” diputar, disajikan juga film serupa tetapi lebih menekankan visi dari Umi Nissa Wargadipura yang memperjuangkan keadilan sosial, keadilan lingkungan, dan kesetaraan gender.
 
Setelah selesai nonton, kemudian diadakan tanggapan atas film dan sharing yang dimulai oleh dua narasumber, yaitu Fr. Amadea SJ (mahasiswa S2 teologi, Fakultas Teologi, USD) dan Mbak Naysilla Rose Fajriya Taufiq (aktivis sosial, lulusan Sosiologi UGM). Sharing dan diskusi dipandu oleh Rm. Murti SJ.  

 

Dalam pemaparannya Fr. Amadea antara lain mengapresiasi usaha pesantren Agro Ekologi Ath Thaariq khususnya kiprah Akhfaa dan Umi Nissa untuk merawat bumi. Pesantren ini sudah membuat langkah-langkah  konkrit sebagaimana diwartakan dalam Laudato Si. Sementara itu banyak kelompok dalam Gereja Katolik masih berhenti pada tahap wacana.  Kebetulan Fr. Amadea juga pernah tinggal di pesantren yang nyaman, sejuk, asri dan segar  ini selama 1 minggu. Ia mengaku banyak belajar dan mendapat inspirasi untuk mengubah pola pikir sehubungan sikap terhadap bumi. Fr. Amadea memakai istilah “hijrah ekologi”. Pertobatan harus mencakup perspektif yang lebih luas, tidak hanya kesalehan sosial dan spiritual, melainkan juga kesalehan ekologis.
 
Ketika mendapat giliran untuk memberikan tanggapan, Mbak Naysilla juga mengapresiasi usaha Pesantren Agro-Ekologi Ath Thaariq yang telah secara konkrit mengusahakan keadilan sosial, dan keadilan lingkungan. Ia juga mengagumi Umi Nissa yang secara khusus mempromosikan kesetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dalam hal kepemimpinan. Di tengah budaya instan dan serba pragmatis dewasa ini, pesatren ini telah menunjukkan sebuah cara hidup alternatif. Kita sering beralasan ”ah gak mau repot.” Naysilla menegaskan bahwa kita mesti bersedia untuk repot, bila kita sungguh mau merawat bumi. Misalnya: tekun memilah sampah, atau belanja dengan membawa tas dari rumah, atau lebih bagus lagi menyediakan kebutuhan pangan dari lingkungan rumah sendiri seperti yang dicontohkan oleh Pesantren Agro-Ekologi Ath Thaariq. Berani hidup lebih sederhana itu juga merupakan wujud dari hijrah, sebuah pertobatan.
 
Setelah kedua narasumber menyampaikan tanggapannya, para peserta lainnya diberi kesempatan untuk memberikan tanggapan dan sharing pengalaman terkait perawatan bumi sebagai rumah kita bersama. Para peserta  merasa mendapatkan banyak inspirasi dan motivasi dari film “Creators of Hope.” Memang sudah ada aneka usaha yang dilakukan untuk menyelamatkan bumi, tetapi masih dalam lingkup pribadi dan komunitasnya sendiri. Tantangannya ialah konsistensi untuk terus mencoba. Diakui juga bahwa belum semua orang di lingkungan sekitar kita telah mempunyai kesadaran atas perlunya penyelamatan bumi.
 
Sharing dan diskusi berlangsung dengan hangat dan ceria. Semua merasa bersyukur atas kesempatan pendalaman spiritualitas Ignasian yang bertitiktolak dari film “Creators of Hope”. Aneka bentuk inisiatif untuk menyelamatkan bumi perlu dihargai dan didukung serta diwartakan. Tumbuhnya kesadaran atas keselamatan lingkungan hidup di tengah masyarakat memang harus dimulai dari diri kita sendiri. Untuk punya kepedulian terhadap keselamatan bumi diperlukan pertobatan ekologis dengan mengubah gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Dan sering kali kita harus bersedia untuk sedikit repot demi melawan gaya hidup
konsumtif, pragmatis dan instan.  (Peliput: Yoseph Ispuroyanto SJ).

Sumber:https://web.usd.ac.id/lembaga/lppm/deskripsi.php?id=berita&noid=571

Berita Terbaru

Pendalaman SPIRITUALITAS IGNASIAN Melalui Film "CREATORS OF HOPE"

  Pada Jumat, 15 November 2024 pukul 17.00-19.00, telah diselenggarakan sebuah ...


LATIHAN BERKOMUNIKASI : Pelatihan Public Speaking untuk Kubina Sarasvita, 22-26 Januari 2024

LATIHAN BERKOMUNIKASI Pelatihan Public Speaking untuk Kubina Sarasvita, 22-26 Januari 2024           Setiap ...


Foto Terbaru

Video Terbaru