Teater Rakyat sebagai Ruangnya para Pemberani dan Penyuara Kebenaran
Setelah tiga tahun terhenti karena adanya pandemi Covid-19, Program Studi Pendidikan Keagamaan Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta kembali menggelar pertunjukan seni Teater Rakyat. Sejumlah 84 mahasiswa-mahasiswi semester IV angkatan 2021 berkesempatan untuk membuka jalan, memulai kembali Teater Rakyat ini bersama dengan Romo Yoseph Ispuroyanto Iswarahadi SJ dan Mas Noel Kefas selaku pembimbing utama (Tim SAV), dibantu oleh Romo Andreas Setyawan SJ, serta Romo Murti SJ dalam hal analisis sosial dan penulisan naskah.
Pertunjukan Teater Rakyat yang dilaksanakan pada Jumat, 02 Juni 2023 di Auditorium Kampus V Kotabaru pukul 18.30 – 22.00 dihadiri lebih dari 500 penonton (tiket sold out), termasuk dihadiri oleh Wakil Rektor III, Ketua Program Studi Pendikkat, para dosen, karyawan, dan penonton dari berbagai kalangan. Para penonton pun turut antusias menyaksikan pementasan dari awal hingga akhir. Melalui tema “Banyu Keran: Berani Menyuarakan Kebenaran” yang dipilih sebagai tema besar kegiatan ini, Teater Rakyat pun menjadi ruang perjumpaan para pencari kebenaran.
Gambar 1. Dokumentasi Pementasan "Harapan yang Tertunda”
Buku Petunjuk untuk Katekese 2020 artikel 212 menyebutkan bahwa “Gereja selama berabad-abad telah berinteraksi dengan ekspresi artistik (sastra, teater, film, dll). Oleh sebab itu, seni memiliki nilai untuk membuka pribadi kepada bahasa perasaan, dengan membantu orang untuk tidak tinggal hanya sebagai penonton, melainkan untuk juga terlibat di dalamnya.” Prodi Pendikkat pun memilih seni Teater sebagai media berinteraksi dengan ekspresi seni itu.
Oleh karena teater yang dilatihkan di Pendikkat ini bercorak kerakyatan, maka sering disebut dengan sebutan “Teater Rakyat”. Teater Rakyat merupakan media penyaji tema yang dapat menjadi bahan permenungan bersama, tidak hanya para pemain, namun juga bersama para hadirin yang menyaksikan kisah-kisah yang dipentaskan.
Dengan demikian Teater Rakyat menjadi ruang perjumpaan para pencari kebenaran. Para mahasiswa pun menyusun naskah bukan dari balik pintu kelas saja, melainkan berdasarkan pengalaman berjumpa secara langsung dengan masyarakat di sekitar kota Yogyakarta ini. Seperti pesan Paus Fransiskus pada Hari Komunikasi Sosial 2021 “Datang dan Lihatlah” dan juga pesan Komsos 2023 “Berbicara dengan hati”, maka para mahasiswa pun mencoba menghayati pesan itu dengan melaksanakan perjumpaan, melihat, mendengar, dan merasakan hal-hal tersembunyi di sudut-sudut Yogyakarta.
Gambar 2. Dokumentasi Pementasan "Rungokno Aku"
Selama kurang lebih tiga bulan, mahasiswa sangat antusias mengikuti dinamika bersama dan mempersiapkan pementasan Teater Rakyat hingga akhirnya bisa terlaksana dengan meriah. Setiap Jumat, mereka mengikuti perkuliahan “Teater dan Public Speaking”, tetapi baru 3 minggu terakhir mereka terjun ke tengah masyarakat, menyusun naskah dan mempersiapkan pentas, termasuk membentuk kepanitiaan. Melalui latihan berbicara di depan umum, berekspresi melalui foto dan puisi, menciptakan musik, dan berteater, mahasiswa diperkenalkan bahwa teater merupakan seni pertunjukan yang memadukan berbagai potensi yaitu jiwa, raga, dan roh.
Hingga pada akhirnya terbentuklah empat kelompok dengan cerita mereka masing-masing. “Harapan yang Tertunda” mengangkat kisah kehidupan para pedagang teras Malioboro, “Rungokno Aku” menceritakan permasalahan objek pariwisata Banyu Urip. “Stigma” diangkat dari kisah kehidupan masyarakat Bongsuwung, serta “Gendhong Aku” mengangkat kehidupan para buruh gendhong Pasar Bringharjo. Kisah-kisah kehidupan nyata tetapi tersembunyi itu, diwartakan dan dikemas dalam pertunjukan Teater rakyat yang sangat apik. Pementasan para pemain perdana ini disempurnakan dengan energi dan semangat yang diberikan oleh para pemain.
Gambar 3. Dokumentasi Pementasan " Gendong Aku" Gambar 4. Dokumentasi Pementasan "Stigma"
Seusainya pementasan teater, kebahagiaan dan keceriaan pun terpancar dari wajah para pemain. Mereka merasakan kegembiraan atas terlaksananya pementasan Teater Rakyat 2023 yang disambut dengan tanggapan positif nan mendukung dari para penonton. Rasa-rasanya segala jerih payah dan rasa lelah para pemain pun terbayarkan. Mereka yang menabur dengan cucuran air mata akan menuai dengan sorai sorai.
Melalui pentas Teater Rakyat 2023 dengan tema “Banyu Keran: Berani Menyuarakan Kebenaran”, mahasiswa-mahasiswi semester IV mengharapkan agar penonton mampu mendengar suara-suara tangisan kecil, bahkan teriakan yang tak pernah didengar dari kehidupan masyarakat sudut Yogyakarta. Semoga juga, apa yang disuguhkan dalam pementasan Teater Rakyat ini mampu mengembangkan dan membangkitkan semangat para mahasiswa sebagai calon katekis, agar semakin kreatif mewartakan apa yang menjadi pesan Injil kepada dunia melalui seni.
Yogyakarta, 03 Juni 2023
Hedwigis Restu Pinasti
Mahasiswi Semester IV,
Prodi Pendikkat - Universitas Sanata Dharma