SINOPSIS KASIH SANG IBU DI PERBUKITAN MENOREH
“Jangan mencari mukjizat di Sendangsono, tetapi bila kita mempunyai permohonan, Bunda Maria pasti akan mendengarkannya.”
Itulah pesan wasiat Rm. Prentthaler dalam khotbahnya saat peresmian Sendangsono sebagai tempat peziarahan kepada Bunda Maria oleh Rm. V. Kalken pada tanggal 8 Desember 1929. Pesan tersebut masih tertanam dalam setiap hati umat sekitar perbukitan Menoreh dalam mengimani Maria. Mereka tidak mengharapkan mukjizat atau penampakan, karena tanpa itupun Maria sudi hadir di tengah-tengah perbukitan Menoreh untuk selalu menunggu anak-anaknya yang rindu berusa dengan sang Ibu.
Iman yang sama dengan iman seorang Barnabas Sarikrama saat mencari kesembuhan kakinya. Dengan keyakinan akan kasih Tuhan dan bantuan Sang Bunda, Sarikrama mendapatkan dua kesembuhan, kesembuhan fisik juga batin. Pengalaman batin Barnabas akan kasih Tuhan dan Sang Ibu, memberikan terang dalam dirinya hingga mampu menghantar 171 orang babtisan pertama oleh Rm. Van Lith di Sendangsono pada tanggal 14 Desember 1904.
Sepanjang seratus tahun, Sendangsono tetap menjadi oase iman bagi setiap peziarah kehidupan yang ingin bertemu dengan sumber air hidup abadi, yaitu Kristus sendiri melalui Maria, Ibu segala bangsa.
